Herex Kembali Marak di Kota-Kota Besar: Antara Gengsi, Gaya Hidup, dan Bahaya Jalanan

Dalam beberapa bulan terakhir, fenomena Herex kembali mencuri perhatian publik di berbagai kota besar di Indonesia. Istilah Herex sendiri berasal dari kata “Honda Racing Extreme”, meski kini lebih luas digunakan untuk menyebut motor-motor modifikasi bergaya balap jalanan—khususnya motor bebek atau sport—yang dikendarai dengan gaya khas anak muda, seringkali disertai aksi ugal-ugalan di jalanan umum.

Fenomena ini bukan hal baru. Sejak awal 2000-an, herex sudah dikenal sebagai bagian dari budaya modifikasi motor di kalangan remaja. Namun, setelah sempat meredup, kini Herex bangkit kembali dengan gaya yang lebih berani, komunitas yang lebih masif, dan eksistensi yang semakin kentara di jalanan kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Makassar.

Mengapa Herex Kembali Populer?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kembalinya tren Herex ini. Pertama, media sosial memainkan peran besar. Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi ajang unjuk gigi bagi para pelaku Herex. Video motor dengan suara knalpot bising, bodi motor yang dicat mencolok, serta aksi berkendara ekstrem dengan gaya freestyle menjadi konten yang viral dan digemari banyak kalangan muda.

Kedua, modifikasi motor kini lebih terjangkau. Banyak bengkel khusus Herex yang menawarkan paket modifikasi dengan harga miring, sehingga memudahkan kalangan pelajar dan mahasiswa untuk ikut bergaya tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Ketiga, Herex bukan sekadar soal motor. Ia telah menjelma menjadi identitas sosial dan gaya hidup. Bagi sebagian anak muda, menjadi bagian dari komunitas Herex memberikan rasa bangga, solidaritas, dan pengakuan sosial—sesuatu yang kerap dicari di usia labil.

Dampak Negatif di Jalanan

Namun, di balik sisi budaya dan kreativitas modifikasi yang ditawarkan, kebangkitan Herex juga membawa kekhawatiran. Salah satu yang paling menonjol adalah meningkatnya pelanggaran lalu lintas dan keresahan warga akibat balapan liar.

Di banyak kota besar, polisi kerap membubarkan aksi kebut-kebutan di jalan umum yang dilakukan oleh komunitas Herex. Tak sedikit kasus kecelakaan yang melibatkan motor modifikasi ini, baik yang menimpa pengendara maupun pengguna jalan lainnya. Knalpot bising juga menjadi keluhan utama masyarakat, terutama di malam hari.

Selain itu, fenomena Herex juga mulai dikaitkan dengan aksi kriminal seperti tawuran antarkelompok dan pencurian motor, meski hal ini tentu tidak bisa digeneralisasi untuk semua pelaku Herex.

Respon Pemerintah dan Kepolisian

Pihak kepolisian dan dinas perhubungan di berbagai kota mulai mengambil langkah tegas. Operasi razia kendaraan, penertiban knalpot tidak standar, serta pembinaan komunitas motor dilakukan secara rutin. Di beberapa daerah, seperti Yogyakarta dan Surabaya, polisi bahkan menggandeng komunitas otomotif untuk mengedukasi anak muda agar menyalurkan hobi modifikasi dan balap secara positif—misalnya dengan mengikuti balapan resmi di sirkuit.

Pemerintah daerah juga didorong untuk menyediakan ruang dan fasilitas legal bagi para penggemar Herex. Ini mencakup penyediaan lintasan balap murah, pelatihan modifikasi motor yang aman dan sesuai regulasi, serta wadah komunitas yang lebih terarah.

Antara Kreativitas dan Keselamatan

Kembalinya Herex sebagai tren anak muda menunjukkan bahwa kreativitas dan hasrat berekspresi di kalangan generasi muda tetap tinggi. Namun, tanpa aturan dan edukasi yang memadai, fenomena ini bisa berbalik menjadi ancaman bagi keselamatan dan ketertiban umum.

Perlu kerja sama antara pemerintah, kepolisian, komunitas otomotif, dan orang tua untuk mengarahkan tren Herex ke jalur yang lebih positif. Jika diarahkan dengan benar, Herex bukan sekadar gaya hidup penuh risiko, melainkan bisa menjadi bagian dari industri kreatif otomotif yang membanggakan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top