Menggali Kurasi Konten Edukasi THATCamp Philly: Sinergi Humaniora, Teknologi, dan Literasi Digital”


THATCamp Philly (The Humanities And Technology Camp) adalah sebuah “un-conference” yang sejak tahun 2011 hingga 2016 rutin digelar di Philadelphia. Acara ini mempertemukan akademisi, pustakawan, pengembang, mahasiswa, dan profesional di bidang budaya serta teknologi untuk mendiskusikan, mengorganisasi, dan berbagi pengetahuan dalam format terbuka, kolaboratif, dan tanpa struktur presentasi formal. Kurasi konten edukasi dari THATCamp Philly mencerminkan nilai-nilai seperti inklusivitas, kefleksibelan, dan keberagaman literasi digital.


1. Format “Un‑Conference” dan Eksplorasi Konten

Alih-alih konferensi konvensional, THATCamp mengandalkan partisipasi peserta untuk menentukan sesi—mulai dari diskusi hingga workshop praktis—yang dipilih secara demokratis di awal hari melalui voting. Model inilah yang memungkinkan kurasi konten lahir dari kebutuhan langsung peserta, menjamin relevansi dan keberagaman topik edukatif.


2. Kurasi Terbuka dan Fleksibel

Pendekatan kurasi di THATCamp Philly sangat terbuka: semua peserta dapat mengajukan sesi, memilih, dan menangkap apa yang ingin mereka pelajari atau sampaikan. Gaya ini mendorong konten yang relevan, kontekstual, dan cepat menyesuaikan tren atau isu terkini, seperti digital humanities, digital ethics, maupun media pendidikan.


3. Fokus pada Literasi Digital Beragam

Salah satu aspek kurasi ialah memperluas definisi literasi digital dan penguasaan media. Di acara seperti THATCamp Philly, pembicara dan peserta membahas pengalaman langsung tentang pemakaian tools digital (misalnya Omeka, TAPAS) maupun keterampilan evaluasi—misalnya analis A/B testing, focus group, peer review, dan penggunaan berbagai platform digital seperti blog atau repositori digital .

Pendekatan ini sejalan dengan ranah literasi digital yang beragam—tidak hanya teknis, tetapi juga kritis, analitis, dan metakognitif.


4. Integrasi Interdisipliner

Kurasi THATCamp memberi ruang bagi lintas disiplin: humaniora digabung dengan ilmu komputer, jurnalistik, kajian gender, dan bahkan advokasi digital transformdh.thatcamp.orgproceedings.thatcamp.org. Sesi-sesi konten seperti “multiple digital literacies” atau “digital ethics” menunjukkan sinergi tersebut. Konten dikurasi bukan hanya dari satu sudut pandang, melainkan dari berbagai perspektif yang memperkaya pemahaman.


5. Keterlibatan Mahasiswa dan Praktik Kolaboratif

Mahasiswa—baik sarjana maupun pascasarjana—dilibatkan aktif dalam menyusun dan mengikuti sesi. Hal ini menunjukkan bahwa kurasi bukan dipasifkan, melainkan partisipatif dan inklusif, sekaligus menjadi wadah pembelajaran eksperiensial, networking, dan penemuan minat.


6. Dampak Kurasi untuk Literasi dan Keterampilan Abad 21

Kurasi konten edukatif di THATCamp Philly selaras dengan Future Workskills 2020—yakni, sensemaking, new media literacy, transdisciplinarity, cognitive load management, social intelligence, novel thinking, design mindset, cross‑cultural competency, dan virtual collaboration. Melalui kurasi, peserta tidak sekadar “mendapatkan informasi”, melainkan menerapkan keterampilan-keterampilan ini dalam konteks nyata: memilih topik, mengevaluasi sumber, menyintesis ide, berbagi dengan komunitas, dan berkolaborasi secara digital.


7. Pembelajaran Desain dan Berbasis Proyek

Sesi “Make” atau “Teach” menekankan pada pembelajaran berbasis kegiatan—tak hanya teori, tetapi praktik langsung dalam pengembangan proyek digital atau sesi pelatihan. Dengan begitu, kurasi konten juga memiliki dimensi pedagogi, memberi keterampilan teknis dan merangsang pola pikir desain (design mindset).


8. Menjaga Jaringan dan Warisan Digital

Walaupun THATCamp Philly berhenti pada sekitar 2016, jejak kurasinya tetap hidup melalui arsip online, template sesi, dan komunitas yang tetap aktif di media sosial. Ini memastikan bahwa konten edukatif yang pernah dikurasi tetap bisa diakses dan diadaptasi oleh penyelenggara atau pendidik di tempat lain.

Kurasi konten edukasi di https://thatcampphilly.org/ bukan sekadar pemilihan materi—melainkan sebuah proses berkelas demokratis, kolaboratif, interdisipliner, dan berfokus pada literasi abad 21. Dengan format “un‑conference”, ia menggabungkan kebutuhan peserta, keberagaman format (diskusi, workshop), dan keterlibatan langsung mahasiswa. Bahkan setelah acara fisiknya berhenti, pengaruh kurasi kontennya tetap terasa melalui komunitas dan arsip digital.

Bagi pendidik modern, model ini menawarkan cara kurasi yang dinamis—mengutamakan relevansi, inklusivitas, dan keterampilan kritis. THATCamp Philly mengilustrasikan bagaimana kurasi edukatif bisa menjadi lokakarya aktif yang membekali peserta untuk tidak hanya belajar, tetapi juga merancang dan menerapkan konten bermakna di dunia nyata.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top