Aktivitas fisik akan membakar glikogen, bentuk glukosa yang disimpan sebagai cadangan energi.
Ketika Anda makan singkong, karbohidrat akan diubah menjadi glukosa, kemudian diubah lagi menjadi glikogen dan disimpan dalam otot.
Singkong mengandung sumber mineral yang cukup banyak slot bet seperti kalsium, fosfor, mangan, zat besi, dan kalium. Mineral ini diperlukan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan menjalankan fungsi jaringan tubuh.
Kalsium diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. Zat besi membantu dalam pembentukan protein (hemoglobin dan myoglobin) yang membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Singkong mengandung vitamin C yang dikenal sebagai zat penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen sendiri berfungsi untuk mempertahankan elastisitas kulit.
Sayangnya, tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin C sendiri. Maka dari itu, tubuh memerlukan asupannya dari makanan dengan vitamin C.
Singkong bisa menjadi pilihan yang bisa Anda konsumsi untuk bantu memenuhi kebutuhannya.
Singkong bisa jadi pilihan menu yang tepat bagi Anda yang sedang menurunkan berat badan.
Umbi-umbian ini sumber karbohidrat yang lebih sehat dari nasi karena mengandung pati resisten dan lebih tinggi serat.
Pati resisten dan serat tidak habis dicerna oleh tubuh sehingga memberikan rasa kenyang lebih lama. Efek ini bisa membuat Anda tidak mudah lapar dan mengurangi keinginan makan lebih banyak atau ngemil.
Singkong menjadi salah satu bahan yang esensial karena bisa dimanfaatkan menjadi berbagai hidangan atau diolah menjadi tepung.
Namun, jangan sekali-kali Anda mengonsumsinya dalam keadaan mentah. Singkong mentah mengandung glikosida sianogenik yang bisa diurai oleh tubuh menjadi senyawa beracun hidrogen sianida.
Senyawa penghasil sianida ini sebagian besar terdapat pada kulit singkong. Untuk itu, Anda perlu mengupas kulit singkong yang beracun terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.
Pastikan benar-benar tidak ada kulit yang tersisa. Agar lebih bersih dan bebas bahan kimia berbahaya, Anda bisa merendam singkong yang telah dikupas selama beberapa hari.
Karena tidak bisa dicerna, tubuh akan mengeluarkan energi lebih banyak untuk memecah pati resisten dan serat.
Studi dalam jurnal BBA Molecular Basis of Disease mengungkapkan bahwa mengonsumsi kalium dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir dan daya ingat.
Selain itu, mengonsumsi makanan dengan kadar kalium yang tinggi dapat menurunkan peradangan dan stres oksidatif di otak yang kerap meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.